Kamis, 16 April 2009

Serangan Hama Wereng Batang Coklat (WBC) di Jawa Tengah


Sejak April 2005 yang lalu Wereng Batang Coklat (WBC) telah menyerang propinsi Jawa Tengah. Berdasar hasil pengamatan, WBC telah merusak areal persawahan kurang dari 100 hektar.
Pada Juli 2005 serangan meningkat menjadi 39.649 hektar, bahkan terdapat persawahan yang mengalami puso seluas 3.030 hektar. Daerah-daerah tersebut antara lain kabupaten Pati, Demak, Kudus, Jepara, Sragen, Klaten, Grobogan, Batang, Pemalang dan Tegal. Serangan juga terjadi di kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Achmad Suryana, melaporkan kepada Menteri Pertanian bahwa peningkatan serangan WBC pada MK 2005 ini dipicu oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain (a) pola dan waktu tanam yang kurang teratur dan serempak dalam satu hamparan, (b) penanaman varietas tidak tahan (varietas lokal dan ketan) serta varietas yang tahan WBC biotipe 1 dan 2 tetapi peka terhadap WBC biotipe 3, (3) penggunaan pestisida yang kurang tepat dan menyebabkan resurgen (mendorong peningkatan populasi WBC), dan (d) anomali iklim yang menyebabkan tingginya curah hujan dan kelembaban pada MK 2005.
Kasus serangan WBC di Cirebon dipicu salah satunya oleh penanaman beberapa galur harapan Badan Litbang pertanian (Balitpa) yang diperoleh petani dari Uji Multi Lokasi (UML). Varietas tersebut antara lain GH17, GH41, GH99 dan lain-lain. Ternyata galur-galur tersebut memang tidak lulus skrining uji ketahanan terhadap WBC oleh Badan Litbang Pertanian. Varietas ini tidak pernah dilepas menjadi varietas. Galur-galur tersebut umumnya merupakan sister line dari beberapa varietas populer saat ini seperti Ciliwung, Citarum, Memberamo, dan Ciapus. Petani memperoleh galur tersebut secara tidak resmi, kemungkinan mengambilnya di lapangan pada saat dilakukan uji multilokasi di lahan-lahan petani.
Belum ada indikasi pergeseran biotipe WBC dari biotipe3 yang selama ini berkembang, tetapi terjadi pematahan kethanan beberapa varietas yang tahan dan agak tahan menjadi agak tahan dan peka, seperti IR42, IR64, Tukad Petanu, Ciherang, dan lain-lain.
Beberapa langkah anjuran penanggulangan serangan WBC antara lain (a) mengaplikasikan pestisida dengan bahan aktif Bupropezen pada pertanaman dengan populasi WBC rendah, (b) aplikasi pestisida yang masih efektif dan membunuh cepat antara lain yang mengandung Imidacloprid, Thiametoxan, dan Fipronyl.
Pada pertanaman MH 2005/2006 dianjurkan menanam vaietas yang mempunyai gen ketahanan berbeda dengan IR64 dan IR42, antara lain Memberamo, Ciherang, IR72 dan IR74 (pera) dan peningkatan intensitas dan efektivitas pengamatan populasi WBC di lapang.
Untuk jangka menengah (1-3 tahun) Badan Litbang Pertanian melakukan percepatan pengujian berbagai galur Balitpa dan IRRI. Untuk jangka panjang (4-6 tahun) akan dilakukan (a) perakitan varietas yang memiliki ketahanan vertikal (vertical resistence) menggunakan gen tahan Bph-3, (b) perakitan verietas dengan teknik Pyramiding the major genes yang mengkombinasikan 2 gen major atau lebih seperti Bph1l dan bph2 lingkage atau gen Bph3 dan Bph4 yang bersegregasi bebas, dan (c) pembentukan varietas Horizontal Resistence dengan mengkombinasikan gen major dan gen minor yang umumnya bersifat lestari (durable resistance)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar